budaya lampung


Kain tapis merupakan salah satu jenis kerajinan tradisional masyarakat Lampung  dalam menyelaraskan kehidupannya baik terhadap lingkungannya maupun Sang Pencipta Alam Semesta. Oleh sebab itu, munculnya kain Tapis ini ditempuh melalui tahap-tahap waktu yang mengarah kepada kesempurnaan teknik tenunnya, maupun cara-cara memberikan ragam hias yang sesuai dengan perkembangan kebudayaan masyarakat.




Macam-macam Tari Cangget dan Gerakannya
Tarian cangget yang menjadi ciri khas orang Lampung ini sebenarnya terdiri dari beberapa macam, yaitu:
Cengget Nyambuk Temui, adalah tarian yang dibawakan oleh para pemuda dan pemudi dalam upacara menyambut tamu agung yang berkunjung ke daerahnya.
Cangget Bakha, adalah tarian yang dimainkan oleh pemuda dan pemudi pada saat bulat purnama atau setelah selesai panen (pada saat upacara panen raya).
Cangget Penganggik, adalah tarian yang dimainkan oleh pemuda dan pemudi saat mereka menerima anggota baru. Yang dimaksud sebagai anggota baru adalah pada pemuda dan atau pemudi yang telah berubah statusnya dari kanak-kanak menjadi dewasa. Perubahan status ini terjadi setelah mereka melalukan upacara busepei (kikir gigi).
Cangget Pilangan, adalah tarian yang dimainkan oleh para pemuda dan pemudi pada saat mereka melepas salah seorang anggotanya yang akan menikah dan pergi ke luar dari desa, mengikuti isteri atau suaminya.
Cangget Agung adalah tarian yang dimainkan oleh para pemuda dan pemudi pada saat ada upacara adat pengangkatan seseorang menjadi Kepala Adat (Cacak Pepadun). Pada saat upacara pengangkatan ini, apabila Si Kepala Adat mempunyai seorang anak gadis, maka gadis tersebut akan diikutsertakan dalam tarian cangget agung dan setelah itu ia pun akan dianugerahi gelar Inten, Pujian, Indoman atau Dalom Batin.
Walau tarian cangget terdiri dari beberapa macam, namun tarian ini pada dasarnya mempunyai gerakan-gerakan yang relatif sama, yaitu: (1) gerak sembah (sebagai pengungkapan rasa hormat); (2) gerakan knui melayang (lambang keagungan); (3) gerak igel (lambang keperkasaan); (4) gerak ngetir (lambang keteguhan dan kesucian hati; (5) gerak rebah pohon (lambang kelembutan hati); (6) gerak jajak/pincak (lambang kesiagaan dalam menghadapi mara bahaya); dan (7) gerak knui tabang (lambang rasa percaya diri)

Lampung Barat Mengembangkan Desa Wisata

Selasa, 12 Oktober 2010

Pemerintah Kabupaten Lampung Barat tengah mengembangkan program desa wisata, yaitu wisata berbasis pemberdayaan masyarakat. Desa Lombok (baca Lumbok) di tepi Danau Ranau merupakan salah satu percontohan program ini.
Bupati Lambar Mukhlis Basri dalam acara Gebyar Pesona Lombok Ranau ke-IV mengatakan, sebagai tindak lanjut dari rencana penetapan Lombok sebagai desa wisata, sejumlah rumah warga di sini telah ditetapkan untuk tempat menginap (homestay ) wisatawan.
Rumah-rumah warga yang dipilih berupa rumah panggung yang menjadi ciri khas dari rumah adat Lampung. Rumah-rumah panggung ini juga menjadi daya tarik pariwisata lainnya di Lambar. Di desa ini, masih banyak ditemui rumah panggung yang keberadaannya kian langka di Lampung.
Desa Lombok merupakan salah satu dari empat pekon atau desa yang akan ditetapkan sebagai desa wisata. Tiga desa lainnya adalah Desa Tanjung Setia (tempat selancar, Desa Muara Tembulih (penangkaran penyu), dan Desa Kenali (rumah kuno).
Lampung Barat punya potensi luar biasa untuk wisata. Ada Batubrak tempat situs prasejarah, Kenali yang terdapat rumah adat berusia ratusan tahun, Danau Ranau, d an pantai sepanjang 210 km yang katanya ombaknya terbaik nomor tiga dunia, papar Mukhlis menjelaskan potensi besar wisata di Lambar.Menurut Kepala Seksi Ketenagakerjaan Dinas Pariwisata dan Budaya Lampung Barat Marhasan Saba, pariwisata idealnya berkorelasi langsung kepada peningkatan PDRB (produk domestik regional bruto) masyarakat setempat, bukan hanya segelintir pengusaha.
Konsep desa wisata itu adalah salah satu upaya untuk mewujudkannya. Pemkab Lambar juga telah mengusulkan keempat desa itu agar mendapatkan anggaran stimulan dari pemerintah pusat. Dana ini antara lain untuk perbaikan infrast ruktur pariwisata dan pengadaan perlengkapan alat-alat seni budaya warga setempat.
Desa wisata ini juga menjadi salah satu solusi untuk mengatasi persoalan lambatnya investasi yang masuk. Sampai kapan kita menunggu terus? Wisata kan tidak bisa menunggu, ujar Marhasan kemudian. Di Danau Ranau, Pemkab Lambar juga telah mendirikan hotel berfasilitas cukup mewah dari dana APBD.

Infrastruktur
Diakui Mukhlis, infrastruktur masih menjadi masalah pokok di dalam pengembangan wisata di daerah ujung barat Lampung ini. Wilayah ini cukup jauh dari pusat kota Bandar Lampung, yaitu sekitar 250 km sementara sebagian jalannya dalam kondisi rusak.
Pemkab Lambar berharap besar di wilayahnya itu berdiri bandara udara yang melayani penerbangan langsung ke Jakarta atau Bandar Lampung. Sehingga, para wisatawan mancanegara tidak perlu lagi menempuh waktu lama untuk menuju wilayah ini. Dari Kota Bandar Lampung, Tanjung Setia yang banyak digemari peselancar asing, ditempuh dalam waktu sedikitnya lima jam.
Pariwisata di Danau Ranau, Lambar, terus menggeliat. Setelah mendirikan hotel, Pemkab Lambar telah mendirikan sebuah dermaga khusus untuk wisata dan lalu lintas dan au. Akhir pekan lalu juga telah diresmikan tempat pemancingan seluas 1.200 meter persegi. Tempat pemancingan ini juga dikelola oleh warga.